Hal yang Hilang

Rumah tangga sudah berjalan tiga tahun, pun ada anggota keluarga baru berusia 1,5 tahun. Pasca melahirkan, tiga bulan pertama adalah hal terburuk sepanjang saya hidup. Hari-hari cuma diisi tangisan, sesenggukan, teriakan di rumah, dan kebencian terhadap orang sekitar. Beruntung, satu-satunya manusia yang punya peran penting sudah melakukan tugasnya sebaik-baiknya; suami. Kalau tidak, waaah saya gak mau bayanginnya. Bikin sakit kepala.

Selama tidak menulis, hari-hari saya sibuk dan kehidupan saya berubah. Saya resign dari kerjaan. Saya mengurus sebuah rumah kontrakan beserta dua manusia di dalamnya. Saya berhenti memikirkan bulan depan ada konser apa, minggu depan nongkrong atau jalan di mana dan tahun depan ada plan liburan kemana.

Sebagai sekretaris dan belum menikah, dulu hidup saya dan handphone (hp) layaknya satu kesatuan. Beneran gak bisa lepas atau jauh dari hp. Whatsapp penuh 24 jam, pergi keluar kota, meeting gak penting sampe malam, dan tentu saja berinteraksi dengan banyak manusia. Sekarang? Nihil. Notif whatsapp di handphone saya sepi, interaksi saya setiap hari terbatas, dan tentu saja saya tidak keluar kota entah naik mobil, kereta, pesawat seperti sebelumnya.

Pernah suatu waktu saya kembali menangis sesenggukan. Merasa ada yang hilang dari dalam diri. Merasa hidup kok gini banget, kok jenuh sekali ruang lingkup yang sekarang, kok saya sibuk sekali jadi ibu rumah tangga, kok saya capek sekali mengurus ini itu tapi tidak mengurus diri sendiri? Sebagian diri saya seperti meronta-ronta minta kebebasan layaknya single, tidak menikah, banyak cuan tanpa tujuan. Hahaha untung lintasan pikiran, perasaan, dan emosi itu tidak berlarut. Saya juga gak mau kembali ke masa sebelumnya, cuma kangen dan merasa kehilangan. Sekarang saya masih tetap bekerja dari rumah meski tidak sesibuk dulu, negosiasi sama boss bahwa kemampuan saya sekarang cuma bisa ngerjain kerjaan tipis-tipis dari rumah.

Saya juga kangen ngeblog, menulis dan bercerita tentang hal-hal yang pernah saya lewati atau sesuatu yang terpikirkan untuk diceritakan. Sayangnya, keadaan gak memungkinkan untuk berlama-lama depan laptop. Kalaupun ada waktu luang, percayalah energi saya udah habis dan pada akhirnya memilih rebahan sambil scroll marketplace atau nonton netflix. Punya anak itu capek, say! Ya walaupun pasti ada yang akan membandingkan dengan ibu-ibu semacam Jenifer Bachdim yang punya anak segambreng dan tanpa ART, atau Nikita Wily yang tetap cakep dengan parentingnya yang bikin fansnya makin nambah. Tapi mau dikata apa, punya anak itu melelahkan. 24 jam full harus mengurusi kehidupannya dari dia bangun tidur sampai dia merem lagi. Di dalamnya bukan sekadar mandi, makan, tidur, pup, bukaaaan. Saya sebagai orang tua harus belajar mengenal si anak, saya harus mengajarkan “sesuatu” walau dalam sesi bermain, mandi, makan, dan aktivitas lainnya. Belum lagi mesti berpikir asupan gizi anak, tumbuh kembangnya, bagaimana berat badannya akan naik dengan optimal, bagaimana mengurus rumah ini, bagaimana tetap punya komunikasi yang baik dengan suami atau keluarga lainnya, bagaimana mengatur keuangan yang pas-pasan. Pada akhirnya yang akan saya tulis adalah ya allah capek benerrrr. Udah itu aja.

Apakah saya menyesal menikah dan punya anak?

Tentu tidak. Saya sadar betul, peran apapun di dunia ini pasti ada capeknya. Waktu saya jadi anak ngerasanya berat, sekarang jadi ibu dan punya anak, tetap ada rasa berat dan rasa capek. Bukan karena pasangan atau anak, tapi karena kondisinya demikian. Memang tidak selalu, tapi ya begitulah hidup. Semua perasaan harus tetap dilalui, saya gak mau mengabaikannya. Toh pada kenyataannya hari-hari setelah menikah tidak selalu tentang capek, ada bahagianya, ada sedihnya, ada kecewanya, banyak juga takjubnya (terlebih saat punya anak). Perasaan umum manusia ini ya sama aja seperti sebelumnya, yang beda adalah kondisi dan momentnya.

Anyway, saya memang baru tiga tahu menikah. Tapi rasanya ingin sekali saya bilang bahwa… plis cari pasangan yang tepat dan menikah di waktu yang tepat. Soalnya melakukan pernikahan (ditambah misalnya ada anak) tapi kalian tidak seiya-sekata, wah berantakanlah hari-hari kalian. Seiya-sekata ini termasuk kompromi di dalamnya. Apa saja? BANYAK! Ada yang bilang, urusan handuk basah disimpan di kasur aja bisa jadi berantem cuy! Bahas urusan anak aja macem-macem, ada yang kudu wajib masuk sekolah swasta islam, ada yang pengen swasta international aja, atau ada juga urusan makan anak yang boleh dan gak boleh, urusan kebersihan dan kerapian, bahkan urusan KB dan vaksin aja bisa jadi berantem tuh rumah tangga. Ada suami yang keukeuh istrinya gak boleh KB dan anaknya gak perlu vaksin apapun, ada juga istri yang keukeuh suaminya harus ngasih jatah bulanan ke bapak ibu (atau ditambah adiknya), ada yang ribut perkara suami maunya tinggal sama ibunya, gak mau beli rumah atau ngontrak, ada yang ribut urusan hobi dan komunikasi. Deuh asli, banyaklah pokoknya! Dan tentu saja rumit. Kalau saya ceritain satu-satu pasti tulisan ini akan jadi akun info julid rumah tangga. Jadi saya stop aja ya hahaha yang pasti mah rajin-rajin ngobrol untuk tahu isi pikiran pasangan kita kaya apa.

Dulu ya, saya kalau dideketin laki, pasti saya cek following medsosnya. Salah satu yang utama soalnya jaman sekarang medsos emang jadi kebutuhan, entah sekedar hiburan atau kerjaan. Tapi saya bisa ngerasa sreg setelah lihat followingnya, jadi salah satu yang diceklis lanjut ngobrol atau engga. Ada juga sih yang lanjut ngobrol tapi pas ngedate ilfeel gara-gara kebersihan dan kerapian hahaha aing riweuh banget dulu lima tahun cari pasangan yang cocok. Ah udahlah, jadi ngelantur gini. Pokoknya mah kalau cari pasangan ngobrol yang banyaaaak ya!!

Ah, udah panjang. Terima kasih anakku udah tidur cepat tanpa dipuk-puk, jadi emaknya bisa ngeblog ngoceh gak jelas. Alhamdulillah gak lupa password bund. Terima kasih juga bapak Firman yang selalu kerja pagi siang sore malam sambil gantian ngurus anak, semoga rahmat dan kasih sayang Allah berlimpah buat kalian dan keluarga ini ya. Terima kasih juga buat diri sendiri yang hebat ujug-ujug ngeblog padahal tenaganya minim. Nah buat yang baca, makasih atas waktunya, semoga sehat-sehat semua ❤